Balas Karya Dengan Karya, Jangan Main Bully

oleh

Terus sisi lain soal bulir pikir dishare di media sosial kerap menjadi chat war, bahkan dibully banyak kalangan ini sebuah budaya literasi digital yang ngeri-ngeri sedap.

Perang di media sosial apalagi kalau di mana tapahek di situ tagak pendapatnya bakal sulit ada titik temu. Ingat jari mu tanggung jawab mu akan mengantarkan mu ke balik jeruji pengab penjara ulah pencemaran nama baik dan fitnah di platform media sosial atau konten mengndung SARA.

Penulis melihat fenomena chat war mengarah ke penyerangan phisikis tentu tidak bisa dibiarkan.

Sehingga itu elegan sekali kalau balas karya literasi degan literasi sendiri, balas tulisan dengn tulisan, adu argumentatif ilmiahlah di platform media tentu lebih menarik ketimbang di ranah sosoial media kita bersitegang urat leher.

Karya literasi adalah sebuah karya sesorang dari sisi mana pun penedekatan karya itu.

Dan hak kita membalasnya dengan ide dan literatur yang kita miliki untuk mengatakan setuju atau tidak atas karya seseorang, chat war atau bully adalah budaya jelek dan berdampak negatif di era literasi digital saat ini. misalnya, karya jurnalis sering disebut men-trial by press orang. Padahal karya jurnalis ada panduan etik jurnalisnya.

Menarik dibaca