Masih adalagi persoalan lain yang dirasakan dan menjadi keluh kesah sarjana bidang pendidikan terutama alumni dari FIS. Mungkin atau barangkali sistem yang harus di kaji ulang ditinjau kembali. Beberapa tahun lalu pengangkatan guru baik kontrak maupun honiorer khusus untuk SLTA Negeri , masih ada asa dalam harapannya, peluang pengabdian sebagai pendidik. Memang tidak bisa dipungkiri kondisi saat ini, antara pencari kerja dan ruang lingkup pekerjaan masih terjadi kesenjangan yang cukup dalam. Termasuk sarjana pendidikan dari ilmu sosial dalam pengabdiannya bidangpendidkan menjai guru ilmu sosialdi SLTA Negei guru Ilmu sosial.
Seperti pengakuan salah seorang ibu rumah tangga sebut bu Leni yang anaknya juga SPd dari FIS Universitas Negeri Yogyakarta alumni 2016 menuturkan, percuma orang tua dan kemauan anaknya kuliah di jurusan ilmu sosial. Kalau tidak ada peluang untuk masa depannya dalam pengabdiannya menjadi guru ilmusosial di SLTA Negeri. Kalau tidak ada peluang dan dibukanya kran dan kesempatan mengabdi.
Berapa biaya orang tua mengkuliahkan anak selama 4 tahun. Kalau masa depannya suram sarjana ilmu sosial tidak ada peluang menjadi guru SLTA Negeri, singkat kata tutup saja FIS di Perguruan Tinggi Bidang Pendidikan! Setidaknya ada prioritas misal disuatu SLTA Negeri guru ilmu sosiologi itu 3 atau 4 orang , tidak didominir guru sertifikasi saja. Setidaknya sarjana dari ilmu sosial juga dimerikan peluangnya untuk mengabdi mencerdaskan bangsa.Sementara pemerinah sekarang tidak ada membuka kran penerimaan entah itu guru kontrak dan honor. Sementara lagi tiap tahun kebutuhan tenaga pendidik semakin betambah sarjana pendidikan juga bertambah.Bu Leni berharap mudah-mudahan dengan adanya Walikota Surabaya buk Risma memenangkan Uji Materi di MK kembali urusan Dikmen ke Kabupaten/Kota kepala Daerah bisa memberikan solusinya bagi sarjana Ilmu Sosiologi dan lainnya sebab tenaga pendidik regenerasi di SLTA Negeri. Inikan merupakan aset bangsa, ujarnya.