Yang tidak kalah penting adalah kekhasan Sumatera Barat yang memiliki apa yang dikenal sebagai ‘wilayah rantau’. Para Perantau Minang selama ini sangat dikenal memiliki peranan besar dalam pembangunan di kampung halaman. Maka dukungan seperti itu tetap harus ada dan kita harap semakin besar.
Saya kira Buya Mahyeldi bersama Wakil Gubernur akan menyediakan waktu untuk senantiasa berkomunikasi dengan para perantau Minang dimanapun berada Apakah Gubernur dan Wakil Gubernur cukup mendapat dukungan seperti itu saja?
Pernah buya mengatakan kepada saya: “Jangan biarkan kita berjalan sendiri dan melangkah ke arah yang keliru! Karena itu kita perlu sempritan dari pers”. Beliau berharap para wartawan teruslah menjalankan idealisme.
Teruslah mengkritik jika perlu dikritik dan kabarkanlah kebaikan jika itu memang baik. Sepanjang pengetahuan saya, Buya Mahyeldi tidak alergi dengan kritik, sepanjang 10 tahun ini di lingkungan Pemko Padang tiap hari banyak kritik pers.
Tapi semua menjadi catatan saja untuk dijadikan bahan memperbaiki apa yang dikritik itu tanpa harus dilakukan bantah membantah dengan keras kecuali kalau memang tudingannya keliru.
Perjalanan panjang dan cukup berliku, Buya Mahyeldi dari Aie Pacah ke Jl Sudirman 51 rasanya cukup berarti untuk dijadikan bekal pengetahuan mengayuh biduk yang lebih besar ini. Pengalaman bersama-sama dengan staf Pemko Padang tentu akan menjadi pengalaman berharga untuk diujikan pada medan yang lebih besar dan lebih luas yakni Pemprov Sumatera Barat. (*)