Jadi menurut saya tiap pemimpin atau kepala daerah memiliki style nya masing-masing. Mungkin saja style Buya Mahyeldi disuka oleh staf dan publik lantaran sudah menyesuaikan. Tetapi belum tentu pula style itu diteruskan oleh penerusnya. Sebaliknya, ketika melanjutkan tugas pendahulunya yang memiliki style tertentu dan disuka oleh staf atau publik belum tentu buya bisa seperti itu.
Begitu juga dengan kepala daerah yang lain, masing-masing punya style sendiri. Maka ketika terjadi tour of duty and tour of area tentu mau tak mau akan ada yang berubah. Ada kebiasaan-kebiasaan sebelumnya ternyata tidak terjadi di masa kini. Itu lumrah, karena seperti saya katakan tadi tiap pemimpin memiliki style sendiri. Apa yang bisa disamakan?
Yang bisa disamakan adalah tujuan. Tujuan luhur membangun negeri menjadi lebih baik, makmur dan sejahtera. Jika tujuannya sama, maka tiap pemimpin akan berusaha mencapainya dengan sekuat daya dan upaya.
Kembali ke soal tour of duty and tour of area tadi. Tugas yang diemban Buya Mahyeldi pada prinsipnya seperti tugas Kepala Daerah di Kota Padang juga. Hanya saja areanya yang berubah. Dari hanya lingkup Kota Padang menjadi lingkup Provinsi Sumatera Barat. Dari Aie Pacah Kecamatan Koto Tangah, alih kantor ke Jl Sudirman di pusat kota.
Berat ringannya bagaimana?