Bagi unit pelaksana Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat ini, Festival Gamad termasuk bagian penting untuk pelestarian. “Kita butuh kegiatan untuk mendukung warisan budaya takbenda,” ujar Supriyadi, Kepala Taman Budaya.
Seperti diketahui, gamad berkembang sejak abad 20. Berbagai versi tentang gamad ini juga berkembang di masyarakat. Bagi Ferry YJ, gamad ada karena qawwali dan gambang. Keduanya kesenian dari India dan Tiongkok.
“Kemudian ada sentuhan Melayu dari akordion. Gamad sangat Minang karena pantunnya. Jadi, gamad memang dikenal sebagai musik ‘4 negara’,” ujar anak dari penyanyi Minang legendaris, Yan Juned ini.
Ia berharap, dalam Festival Gamad nanti akan muncul visual yang memperlihatkan gamad sebagai tradisi. “Kami akan menampilkan gamad beradat nanti,” tambahnya. (*)