Menurut Alex, dialektika politik orang Minang, sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang telah membuktikan premis (preferensi politik orang Minang tergantung elit di pusat-red) yang disampaikannya itu.
“Kerasnya pertarungan kubu Islam dengan kaum nasionalis di Pemilu 1955 lalu, terlihat jelas di Provinsi Sumatera Tengah yang didalamnya terdapat Sumatera Barat saat ini. Pertarungan itu terus berlanjut hingga Pemilu setelah reformasi 1998 lalu. Pemenang Pemilu di Sumbar ini selalu berganti setiap pemilunya,” ungkap Alex.
Di periode 1955 itu, urai Alex, pertarungan ideologi parpol-parpol di Indonesia yaitu nasionalis, komunis dan Islam, bahkan merasuk jauh dalam kehidupan masyarakat Minang.
Sejarah mencatat, perbedaan ideologi itu terjadi hingga tingkat keluarga. Antara ayah, ibu dan anak serta mamak (paman-red) dalam satu kaum, jamak terjadi perbedaan pilihan politik.
“Membingkai ketidaktertarikan masyarakat Minang di masa sekarang pada PDI Perjuangan dengan mengabaikan historis sosiologis masyarakat itu sendiri, tentunya suatu hal yang kurang lengkap,” ujar Alex. (rel)
Tip & Trik