SPIRITSUMBAR.com – Tidak jarang ada kita mendengar ada oknum kepala sekolah yang tidak disenangi oleh guru-gurunya di sekolah yang di pimpinnya. Bahkan oleh orang tua peserta didiknya sendiri.
Hal ini terjadi karena ulah yang dilakukannya yang tidak mencerminkan pribadinya sebagai seorang kepala sekolah.
Tindakan yang dilakukannya sering tidak sesuai dengan konsep kepemimpinan seorang kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, manajemen, pendekatan serta percontohan kepribadian yang di lakukannya kadang tidak sesuai sebagai seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi untuk memimpin sebuah sekolah.
Kepala sekolah yang cerewet, bertindak tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) atau menggunakan “manajemen bilo takana” membuat guru merasa tidak nyaman dan tidak betah di sekolah. Hal ini menambah ketidaksenangan guru. Sekolah bagaikan neraka di buatnya.
Bila kita sadari, untuk meningkatkan kualitas lulusan, harus ditunjang oleh proses pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan terjadi ketika guru sudah merasa senang ketika berada di sekolah. Semua guru akan melaksanakan tugas dengan sepenuh hati.
Tetapi ketika di sekolah guru tidak merasa nyaman, dia akan mengajar asal-asaan saja dan hanya untuk sebagai melepaskan hutang, akhirnya “utang tabayia lansai indak”. Guru hanya DMP ke sekolah yakni Datang, Mengajar dan Pulang. Masalah kualitas lulusan tidak akan dipikirkannya. Amat celakalah kalau sampai hal itu terjadi.
Untuk mengatasi semua itu, sangat dibutuhkan sosok seorang kepala sekolah yang bijaksana yang mampu berperan sebagai pendingin sebagai embun penyejuk di sebuah sekolah.
Kepala sekolah yang menjadi penerang dalam gulita. Itulah sosok kepala sekolah yang profesional dan berkualitas, yang mampu menjadikan sekolah yang dipimpinnya sebagai tempat untuk merubah tingkah laku dan menyiapkan peserta didik untuk bisa hidup di tengah-tengah masyarakat kelak.
Hal ini sesuai dengan konsep “Deep Learning” atau pembelajaran mendalam yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan menengah menyangkut profil lulusan dengan delapan dimensi. Yakni keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan dan komunikasi.
Kemampuan seorang kepala sekolah sangat berkaitan dengan kompetensi yang dimilikinya. Demikian juga dengan pengetahuan dan pemahamannya terhadap manajemen serta kepemimpinan dan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Tidak jarang kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada manajemen dan kepemimpinan seorang kepala sekolah. Hal ini diperlukan dalam menggerakkan dan memberdayakan seluruh komponen sekolah agar tercipta interaksi yang berkualitas dan dinamis diantara seluruh warga sekolah.
Kepala sekolah dituntut untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan global, khususnya dalam dunia pendidikan, dunia usaha dan dunia industri. Kepala sekolah diharapkan mampu melakukan pencapaian mutu terhadap standarisasi pendidikan secara nasional sesuai dengan apa yang telah digariskan pemerintah dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Untuk mencapai semua itu sekali lagi sangat dibutuhkan kepala sekolah yang berkualitas.
Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd dalam bukunya manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah (2012) menyebutkan ada sepuluh kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah.
Seorang kepala sekolah haruslah memiliki visi yang utuh, tanggung jawab, keteladanan, memberdayakan staf, mendengarkan orang lain, memberikan layanan prima, mengembangkan orang, memberdayakan sekolah, fokus pada peserta didik dan menggunakan manajemen yang menggunakan praktik.
Praktik adalah tindakan nyata dari seorang kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya. Kepala sekolah jangan hanya pandai berteori saja, tetapi harus mampu melakukan berbagai tindakan nyata yang dapat menghasilkan sesuatu untuk kemajuan sekolah yang dipimpinnya.
Termasuk juga dengan percontohan program pendidikan karakter di sekolah. Sehingga tidak disebut sebagai seorang kepala sekolah dengan istilah NATO ( No Action Talk Only ) yakni kepala sekolah yang hanya pandai bicara tapi tidak bisa bekerja.
Untuk menghindari NATO, kepala sekolah harus memiliki sifat inovatif dan kreatif. Sebagai implementasinya, Pertama, selalu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Kedua, membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Ketiga, bekerja dengan mendelegasikan wewenang.
Keempat, dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
Kelima, kalau bekerja melebihi target.
Sebagai pemimpin sekolah, kepala sekolah harus sadar bahwa keberhasilannya bergantung pada orang-orang lain. Seperti guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dunia usaha dan dunia industri serta peran serta dari masyarakat sekitar.
Untuk itu, karakteristik pribadi kepala sekolah sangat memainkan peranan yang penting dan merupakan bagian dalam keberhasilan atau kegagalannya dalam memimpin sebuah sekolah.
Seorang kepala sekolah harus memiliki kualifikasi pribadi. Meliputi kestabilan emosi, rasa humor, inisiatif, kematangan berfikir, memiliki intelegensi yang baik, mempunyai kapasitas fisik untuk melaksanakan tugas.
Disamping itu memiliki sifat yang menyenangkan, memiliki suara yang bagus, latar belakang budaya yang baik, antusias, energik, loyal, serta mempunyai kepedulian terhadap orang.
Itulah sosok kepala sekolah yang dirindukan oleh seluruh guru dan warga sekolah. Dengan demikian, seluruh warga sekolah akan bisa secara bersama-sama mengembangkan sekolahnya ke depan ke arah yang lebih baik.
Jadilah kepala sekolah yang dirindukan dan disenangi oleh semua guru dan warga sekolah, bukan hanya sekedar kepala sekolah yang memakai mahkota kebesaran akan tetapi tidak mengerti apa arti dari mahkota yang dipakainya itu. Semoga.