SINGAPURA, SpiritSumbar.com- Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), lembaga yang merumuskan tata kelola pesawat terbang komersial, menetapkan sebuah target baru pada Oktober 2022.
Target baru ini adalah menurunkan emisi CO₂ dalam penerbangan internasional sebesar 15%, dibandingkan angka emisi pada 2019. Target ini berlaku mulai 2024 dan seterusnya hingga mendekati nol emisi pada 2050. Maka, bahan bakar fosil konvensional secara bertahap akan digantikan dengan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF).
Namun, demi mencapai netralitas karbon, pelaku industri penerbangan secara keseluruhan harus mengeksplorasi SAF dan sistem aviasi yang bebas karbon; untuk itu, industri penerbangan harus mengembangkan motor berbobot ringan dan berdaya besar sebagai sistem penggerak pesawat.
Pada Juni tahun lalu, Toshiba mengumumkan pengembangan prototipe motor superconducting yang ringkas dan berkecepatan tinggi dengan daya keluaran maksimum sebesar 2 MW. Prototipe motor ini menyatukan teknologi produksi mesin baling-baling (rotating machine) berkecepatan tinggi dan teknologi konduktivitas super (superconductivity).
Bobot motor superconducting yang baru dikembangkan Toshiba ini hanya tercatat beberapa ratus kilogram, serta memiliki diameter luar sekitar 50 cm, dan panjang keseluruhan yang mencapai sekitar 70 cm (di luar poros baling-baling).
Dimensi ini “hanya sepersepuluh” dari motor yang memiliki daya keluaran serupa. Invensi pertama di dunia tersebut menarik perhatian berbagai pihak, baik di Jepang dan luar negeri, mulai dari industri pesawat terbang dan otomotif, kereta, dan perusahaan transportasi lain, produsen mesin, serta universitas.
Industri transportasi tengah bertransformasi setelah mobil listrik berupaya menggantikan mobil berbahan bakar bensin; industri penerbangan juga akan menggantikan mesin jet yang berbahan bakar fosil dengan motor listrik. Lebih lagi, pesawat terbang listrik generasi baru akan mencapai netralitas karbon. Meski demikian, kondisi saat ini masih penuh tantangan.
Motor superconducting buatan Toshiba mengatasi tantangan ini dengan menggabungkan pengalaman selama bertahun-tahun dan teknologi canggih. Toshiba telah memproduksi generator turbin selama bertahun-tahun dan menguasai banyak teknologi untuk memproduksi mesin baling-baling berkecepatan tinggi.
Toshiba pun mengembangkan teknologi konduktivitas super. Berkat perpaduan kedua teknologi tersebut, motor superconducting ini memenuhi standar rotasi berbobot ringan, densitas berdaya besar, serta putaran kecepatan tinggi. Maka, motor superconducting ini dapat digunakan pada alat transportasi berukuran besar. Lebih lagi, motor superconducting berkontribusi besar terhadap elektrifikasi pesawat terbang dan sektor transportasi.
Sangat berpengalaman dalam bidang manufaktur, menguasai teknologi inovatif, serta berkomitmen besar terhadap dunia yang lebih hijau dan baik, Toshiba berupaya mencapai netralitas karbon di berbagai industri dan sektor transportasi (*)