Oleh: Saribulih
Dalam hitungan hari lagi, umat Islam yang beriman akan melaksanakan ibadah puasa. Suatu, Ibadah ditunggu-tunggu oleh mereka yang memang betul-betul beriman. Mereka yang mengganggap bulan tersebut sebagai bulan penuh berkah, magfirah dan pengampunan.
Bulan yang mampu mengubah tatanan kehidupan dan pembersihan demi menggapai ketenangan jiwa. Apalagi, Allah melalui firmannya, sudah tegas-tegas mengatakan manusia itu identik dengan kegelisahan. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (Al- Ma’arij: 19-21).
Namun, sangat disayangkan, Ramadhan yang merupakan momentum perbaikan diri demi menjauhkan keluh kesah tidak mampu dimanfaatkan secara maksimal. Malahan, kehadiran Ramadhan yang datang setiap tahun justru makin mengaburkan kehidupan sebagian insan. Mereka menyambut Ramadhan dengan berbagai pesta dan mandi bersama. Padahal, semua itu tidak lebih dari sekedar memburu dosa.
Semua sepakat, balimau dengan cara mandi massal ke sungai bukanlah upaya membersihkan diri. Tapi, justru makin mendekatkan diri pada perbuatan tercela. Tragisnya, ada sebagian pengambil keputusan menjadikan hal ini sebagai penarik wisatawan. Dia seperti tak peduli boleh atau tidak dalam pandangan Islam. Namun yang terpenting baginya, adalah menggalakkan budaya demi meningkatkan jumlah kunjungan wisata.
Masih pantaskah kita meminta ampun kehadirat-Nya dengan menggelar puasa, memperbanyak ibadah lainnya. Sementara, untuk menyambutnya saja sudah digelimangi dengan dosa. Jadi, wajar saja saat ini, mereka yang berpuasa dan tidak berpuasa sama saja. Ya, sama-sama suka mencela, mencaci maki dan menfitnah antar sesama. Lantaran mereka menyambut ramadhan dengan mengejar dosa atau melakukan pembiaran terhadap muslim lain melakukan tindakan dosa.
Saatnya, kita meninggalkan perburuan dosa dalam menyambut bulan puasa. Agar kita benar-benar berhasil mendapatkan derajat taqwa. Yang ditandai dengan ketenangan jiwa dalam mengarungi kehidupan dunia. Mendapatkan Ketenangan jiwa berarti telah berhasil memperoleh surga dunia, sebelum mendapatkan surga yang sesungguhnya.