Pengeroyokan Kepsek, Ketua DPRD Sumbar Kunjungi SMA PGAI Padang

oleh

Padang SPIRITSUMBAR.com – Dinas pendidikan Sumbar dan aparat kepolisian diminta bisa segera menyelesaikan peristiwa Kepala Sekolah SMA PGAI, Padang yang dikeroyok belasan preman. Ranah pendidikan tidak boleh diganggu premanisme. Jika tak ditanggapi serius, peristiwa itu bisa saja terjadi di sekolah-sekolah lain.

“Kejadian ini sudah luar biasa mencoreng dunia pendidikan kita. Guru dikeroyok belasan preman di depan siswa dan saat jam sekolah. Videonya pun tersebar kemana mana. Premanisme ini tak boleh dibiarkan,” tegas Ketua DPRD Sumbar, Supardi, Jumat (4/11/2022) saat mengunjungi SMA PGAI Padang dan pertemuan dengan kepala sekolah, guru serta jajaran staf sekolah tersebut.

Supardi mengatakan dirinya akan segera meminta Dinas Pendidikan Sumbar menyelesaikan permasalahan ini. Selain juga meminta bantuan aparat kepolisian untuk segera membantu penyelesaian. “Selain itu secara resmi saya juga akan menyurati dinas pendidikan dan aparat kepolisian,” katanya.

Dia mengatakan semua permasalahan harus diselesaikan sesuai jalurnya. Masalah pendidikan diselesaikan oleh dinas pendidikan, premanisme diselesaikan aparat kepolisian.

“Jika memang benar pemicunya adalah internal yayasan. Maka persoalan yayasan diselesaikan melalui jalur internal yayasan. Jangan biarkan mengganggu proses pendidikan,” katanya.

Supardi mengatakan yayasan PGAI terbilang sebagai yayasan tua yang tentu telah memiliki banyak pengalaman.

“Yayasan tentu bisa bersikap arif dan bijak dalam menyelesaikan persolan internal,” katanya.

Aksi premanisme, lanjut Supardi, tak boleh memiliki tempat di Sumbar. Apalagi sampai mengganggu sistem pendidikan.

“Pemerintahan Sumbar telah dan masih berjuang keras untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kita berusaha membangkitkan batang tarandam, yakni sumbar yang terkenal sejak dulu sebagai gudangnya orang-orang cerdas. Seluruh pihak wajib mendukung upaya ini,” katanya.

Di depan para guru, Supardi menegaskan tak ada pilih kasih yang diperbolehkan dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan. Baik sekolah negeri dan sekolah swasta, harus memiliki perlakuan yang sama. Sekolah mana pun yang memiliki masalah, harus diselesaikan oleh pemerintah dengan baik. Dia mengatakan kedatangannya ke sekolah itu bukan karena ada yang datang melapor atau mengadu. Melainkan karena melihat video yang ditautkan pada akun instagram pribadinya. Ia datang untuk memberikan support dan dukungan untuk sekolah tersebut.

“Kedatangan saya sebagai support untuk kepala sekolah dan guru-guru di sini. Tugas mulia kita sebagai pendidik kadang dihadapkan degan tantangan, bahkan tantangan berat. Tetaplah kuat menjalankan tugas mulia itu,” tegasnya.

Pada kepala sekolah dan guru, Supardi mengatakan juga akan mengawal dan jika perlu melakukan pendampingan agar kegiatan di sekolah itu tak lagi diganggu premanisme. Disaat wawancara dengan wartawan, Supardi dipertanyakan dengan adanya kemungkinan oknum yang membeking peristiwa itu. Supardi mengatakan seberapa kuat beking itu sampai berani membuat atau membiarkan tindakan yang merusak dunia pendidikan Sumbar.

“Beking seberapa kuat. Saya tegaskan Pendidikan Sumbar tak boleh diganggu premanisme dan konflik-konflik. Ini mencoreng nama baik Sumbar,” tegasnya.

Upaya Premanisme Saat pertemuan tersebut, Kepala sekolah SMA PGAI Padang, Yurnalis mengatakan total sudah tiga kali para preman tersebut datang ke sekolah. Kali terakhir, pada 3 November tersebut datang belasan orang yang memaksanya keluar dari ruang kepala sekolah.

“Saya ditendang, dipukul, dicekik. kepala saya dipukul berkali-kali. Tangan saya dijepit ke pintu hingga harus dijahit. Itu saat jam sekolah, sehingga siswa keluar dari kelas dan pembelajaran berhenti. Saya malu diperlakukan seperti itu di depan para siswa dan guru. Ditambah videonya tersebar kemana-mana,” katanya.

Dia mengatakan selain itu sejumlah orang itu juga memaksanya meninggalkan rumah dinas yang diberikan yayasan. Saluran air dan listrik pun sempat diputus oleh mereka “Anak saya yamg berada di rumah saat pemutusan itu juga dikeroyok, dipukul ramai-ramai,” ujarnya.

Selain itu, ada dua guru di yayasan itu yang sempat dicegat preman dan dilarang datang ke sekolah. Dia menyesali kenapa kejadian itu menimpanya.

Ia mengetahui ada persoalan di yayasan. Salah satunya terkait masjid di lingkungan yayasan. Namun setahunya permasalahan sudah ada keputusan inkrah dari PTUN dan dimenangkan yayasan. Namun konflik masih terjadi, guru dan staf dihambat mengurus masjid.

“Saya ini bukan orang yayasan. Saya PNS yang di SK-kan oleh gubernur untuk diperbantukan di sekolah ini,” ujarnya.

Terkait aksi premanisme yang ia alami, Yurnalis mengatakan sudah melapor beberapa kali ke Poltabes Padang. Namun menurutnya belum ada tindakan.(*

Menarik dibaca