Padang SPIRITSUMBAR.com – Petani padi organik di Nagari Sumpur Kudus, Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung panen raya setelah mengikuti Sekolah Lapangan Pertanian Organik (SLAPO) yang merupakan bagian dari kegiatan satgas organik Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Barat, Kamis (3/11/2022).
Hadir dalam acara tersebut Gubernur Sumbar yang diwakili asisten 2 Wardarusmen, Kadis Dinas Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Barat diwakili Sekretaris Ferdinal Asmin, Asisten 2 Kabupaten Sijunjung Muhadiris, dan Wali Nagari Sumpur Kudus.
Walinagari Sumpur Kudus, Syahrizal dalam sambutannya mengucapkan terimakasih atas perhatian yang diberikan pemerintah dalam pendampingan SLAPO yang mengajarkan petani cara budidaya organik padi sawah dengan beberapa perlakuan.
“Salah satu langkah dan upaya kita mengatasi kelangkaan pupuk serta mahalnya biaya produksi padi sawah konvensional adalah bagaimana kita mencoba inovasi teknologi pertanian organik. Yang biasanya padi kita di pusingkan dengan hama wereng, tikus dan lain-lain. Sekarang sudah berkurang drastis dan dari 10 ha..kita akan mengembangkan 50 ha lahan di sini untuk mengaplikasikan konsep pertanian organik” ucap walinagari.
Asisten 2 Kabupaten Sijunjung, Muhadiris yang mewakili Bupati Sijunjung sangat mendukung program SLAPO yang diikuti oleh 39 orang petani dari 2 kelompok tani.
“Semoga ini memberikan ilmu dan keterampilan baru bagi petani dalam implemantasi pertanian organik serta pastinya dapat meningkatkan hasil produksi padi.
Warda Rusmen, Asisten 2 Sumbar.
Dengan hasil sekolah lapangan sistem organik sangat menjanjikan dari hasil panen panen pun cukup menjanjikan.
” Secara kasat mata kalo dilihat antara padi organik dan non organik jelas terlihat berbeda , lebih menggiurkan yg organik. Dan dari segi biaya produksi tentu saja lebih hemat 10 persen. Semoga segala permasalahan petani cepat teratasi.” harap warda.
Ia menambahkan Sumbar satu-satunya pemerintah daerah di Indonesia yang memberikan anggaran 10 persen APBD untuk sektor pemerintahan adalah bukti keseriusan pemerintah meningkatkan pendapatan petani.
Salah seorang petani padi organik, Yenti Purnawa mengaku budidaya ini sangatlah efisien dari segi biaya produksi karena tidak perlu mesin traktor untuk mengolah tanah, hanya membuat bedeng saja, dan keuntungan produksi padi meningkat sekitar 30 persen.
“Terima kasih bapak pendamping SLAPO yang memberikan kami ilmu dan keterampilan dalam mengolah padi dengan pertanian organik, tidak banyak membutuhkan tenaga dan mesin, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih hemat. Dan yang penting kami jadi petani yang lebih mandiri lagi” ucap Yenti. (*)