Kerinci, Spiritsumbar – Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi memiliki kekayaan warisan budaya yang khas, unik dan menarik. Salah satunya, Niti naik mahligai, tari tradisi di atas paku, mata pedang dan bara api menyala. Pada 2022 ini sebelas dari kekayaan warisan budayanya itu mendapat penghargaan sebagai KIK-EBT dari Kemenkum HAM RI.
Penghargaan berupa sertifikat sebagai KIK-EBT (Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional) itu diterima oleh Sekda Kabupaten Kerinci, Zainal Efendi atas nama Bupati Kerinci, Dr.Adirozal dari Dirjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM RI, Ir.Razilu di Jambi, baru-baru ini.
Sejalan itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kerinci yang sejak 2014 lalu dibawah pimpinan Bupati Dr.Adirozal, mantan Wakil Walikota Padang Panjang dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang tersebut, juga mendapat penghargaan sebagai Peduli Kekayaan Intelektual dari Kemenkum HAM RI.
Ada 11 seni budaya tradisi di Kerinci, yang mendapat penghargaan sebagai KIK-EBT dari Kemenkum HAM RI pada 2022 ini, ungkap Adirozal kemudian kepada Spiritsumbar. Rinciannya;
- Kenduri Sk
- Mandi Balimau
- Tale
- Seruling Bambu
- Ngayun Luci
- Sike Rabana
- Sungkun
- Tari Mahligai Kaco
- Tari Niti Naik Mahligai
- Asyiek Tulak Bla
- Ba Kba
Beberapa dari 11 jenis warisan budaya di Kerinci yang meraih penghargaan sebagai KIK-EBT dari Kemenkum HAM RI itu, seperti tari Niti Naik Mahligai, tari Asyiek Tulak Bala, dan tari Ngayun Luci, sesuai hasil penelusuran Spiritsumbar, berasal dari Desa Siulak, Kecamatan Siulak — yang belakangan jadi Ibukota Kabupaten Kerinci.
Tari Niti Naik Mahligai, seperti diungkap oleh Eke Pebrianti dari Prodi Sendratasik, UNP Padang, dahulunya digunakan untuk penobatan seorang raja. Itu sesuai asal katanya, “Niti” artinya berjalan di atas suatu benda, “naik” artinya menuju sesuatu (tempat) yang tinggi, dan “mahligai” artinya tahta atau istana.
Dewasa ini, seperti juga diungkap oleh beberapa sumber yang lain, tari Niti Naik Mahligai tampil pada acara menyambut tamu oleh Pemerintah dan acara festival seperti Festifal Kerinci. Tari Niti Naik Mahligai merupakan salah satu atraksi seni budaya unggulan dari Kerinci, daerah agraris di kaki Gunung Kerinci.
Di balik keunggulannya itu, penampilan tari Niti naik mahligai tergolong seram, ngeri-ngeri sedap. Sebab, penarinya (beberapa orang wanita muda/dewasa yang sedarah) dengan tanpa alas kaki menari di atas duri dari paku-paku tajam, mata pedang tajam, dan di atas bara api yang menyala.
Di Sumatera Barat, selama ini salah satu tampilan tari tradisi yang juga cukup seram itu adalah tari piring di atas pecahan kaca. Jika tadinya tari piring ini tampil dengan gerak dan komposisi monoton, belakangan sudah dikembangkan jadi salah satu tari kreasi baru oleh kalangan koreografer. Klimaknya tetap ada menari di atas pecahan kaca.
Tapi pada pembukaan Festival Pesona Minang di penghujung tahun 2022 ini di Istano Pagaruyung, Batusangkar, seperti diungkap oleh Afrison, Kabid Pariwisata Dinas Porpora Tanah Datar, juga akan ada pertunjukan seni tari yang cukup seram. Penarinya akan menari di atas paku, pecahan kaca, di atas kumpulan telur dan di atas kumpulan kelapa.(jym/yet).–