POP Bukan Program Satu Tahun Selesai

oleh

Ketua Umum Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat, Fakhrul Arrazi yang merupakan bagian dari organisasi POP dengan fokus program literasi dan karakter mengungkapkan dalam pelaksanaan mereka selenggarakan merupakan program menulis dan membaca cerdas.

Baca : Nasibmu, Petugas Fogging

Kegiatan tersebut sudah mereka lakukan selama sembilan tahun, sejak 2013. Dalam POP kami melibatkan 920 sekolah, dengan total 2.300 guru dan kepala sekolah di 14 kabupaten/kota.

Fakhrul sendiri mengungkapkan memang banyak tantangan dalam pelaksanaan POP tahun 2021 karena dari 14 kabupaten kota sasaran ormas mereka 8 di antaranya merupakan daerah 3T. “Peserta yang ikut intervensi lokasinya tidak hanya di ibu kota kabupaten dan kota, tetapi di daerah pelosok yang menjadi penyemangat untuk ikut serta. Semangat dari peserta tersebut menjawab semua tantangan yang dihadapi,” kata Fakhrul.

“Berbagai cara mereka lakukan untuk dapat ikut serta dalam program kami. Salah satu contoh, tanpa akses internet, karena kami melakukan kegiatan secara daring dan barulah di bagian akhir kami laksanakan luring,” terang Fakhrul sambil menceritakan banyak dari para peserta yang melakukan perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan akses internet. Bahkan ada yang 6 hingga 9 jam, sehingga ini menjadi penyemangat.

Baca : Supardi : Tekan Kejahatan Anak Dengan Merangkul dan Memahami Karakternya

Sementara itu, Hotmianida Panjaitan selaku Nasional Program Manager POP Wahana Visi Indonesia mengungkapkan ormas mereka juga mendapatkan tantangan berat dalam pelaksanaan program karena wilayah mereka 50 persen tanpa koneksi internet. “Kami bersyukur ada 58 master teacher yang tersedia di tingkat kabupaten yang menjadi SDM yang menjadi pelatih wahana literasi,” kata Hotmaida.

Hotmaida menjelaskan dalam pelaksanaan program mereka menyediakan alat ukur untuk mengetahui kemampuan baca siswa dan sudah ada 3.900 responden. Selain itu ormasnya juga menyediakan alat ukur untuk memudahkan guru melihat perubahan psikososial yang terjadi pada siswa sebab perubahan metode pembelajaran selama pandemi.

Baca : Painan Night Culinary, Rasakan Lezatnya Kuliner Pessel

Menurutnya, para guru diajarkan untuk membuat siswa menjadi lebih tenang dalam belajar dan bisa beradaptasi terhadap kondisi yang ada. “Kami menyediakan pelatihan pada guru untuk teknologi informasi walaupun kondisi internet masih belum mumpuni tapi sebagian besar sudah bisa. Mereka diajarkan untuk bisa membuka website dan melakukan pembelajaran dengan google serta mencari media pembelajaran lain. Hasilnya cukup banyak guru yang mengaktifkan akun belajar.id mereka,” terang Hotmaida.

 

Sebelumnya

Selengkapnya

 

 

 

Menarik dibaca