G20 Dorong Pemulihan Ekonomi Dalam Eskalasi Tantangan Global

oleh

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia telah menyelenggarakan pertemuan Framework Working Group kedua (2nd FWG) di bawah Presidensi G20 Indonesia pada tanggal 24-25 Mei 2022 di Jakarta. Pertemuan ini dilakukan dalam format hybrid dan dihadiri oleh seluruh anggota G20, negara undangan (invitees), serta organisasi internasional, seperti International Monetary Fund (IMF), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), World Trade Organization (WTO), World Bank, dan Bank for International Settlement (BIS). Dalam pertemuan tersebut, juga hadir beberapa pembicara eksternal dari kalangan akademisi dan pelaku pasar yang turut memberikan beragam perspektif atas isu yang menjadi focus pembahasan.

Pembahasan dalam pertemuan 2nd FWG ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan FWG pertama yang diselenggarakan pada bulan Januari 2022 dan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kedua (2nd FMCBG) yang dilaksanakan pada bulan April 2022 lalu. Dalam Pertemuan FWG pertama sebelumnya, anggota G20 telah memberikan dukungan atas area prioritas yang diusung oleh Presidensi Indonesia, yakni (i) menjaga pemulihan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif; (ii) monitoring risiko ekonomi global jangka pendek dan menengah; serta (iii) monitoring risiko terkait iklim dan implikasinya terhadap kebijakan makro ekonomi.

Diskusi pertemuan 2nd FWG ini terfokus pada situasi ekonomi global terkini serta area prioritas Presidensi yakni dampak makro ekonomi dari perubahan iklim dan scarring effect. Pada hari pertama, para delegasi mendiskusikan outlook terkini dan berbagai risiko ekonomi global yang terus meningkat, terutama yang dipicu oleh perang di Ukraina, tekanan inflasi global yang tinggi dan persisten, serta dampak dari pengetatan kebijakan moneter di banyak negara. Salah satu pandangan yang banyak mengemuka pada diskusi hari pertama adalah perlunya kewaspadaan dunia terhadap ancaman ketahanan pangan dan energi yang berpotensi menghambat pemulihan ekonomi dan menekan kesejahteraan bagi berbagai negara. Dalam kaitan ini, para anggota menyadari perlunya koordinasi global yang berkelanjutan guna mengatasi tantangan-tantangan tersebut

Sementara itu pada hari kedua pertemuan, isu utama yang menjadi pokok bahasan adalah dampak perubahan iklim terhadap makro ekonomi dan upaya memitigasinya. Kepala Pusat Regional dan Bilateral, Kementerian Keuangan, Nella Sri Hendriyetty, yang bertindak sebagai Co-chair Presidency menyatakan, “perlunya aksi kolektif dari para negara anggota untuk memitigasi perubahan iklim dengan tetap memperhatikan kondisi spesifik masing-masing negara.” Isu kedua yang dibahas adalah luka dalam akibat pandemi Covid-19 atau yang lebih dikenal sebagai scarring effect. Dalam kesempatan tersebut, Presidensi Indonesia memaparkan temuan awal hasil survei mengenai exit strategy and scarring effect to support recovery, yang ditujukan bagi negara anggota G20. Salah satu temuan yang disampaikan adalah adanya rencana negara-negara anggota untuk menghentikan secara bertahap dukungan kebijakan dalam rangka penanganan pandemi Covid-19, termasuk stimulus perpajakan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk melaksanakan strategi tersebut antara lain adalah membaiknya situasi pandemi, pemulihan ekonomi, produktivitas yang mulai meningkat, adanya kenaikan pendapatan, dan perbaikan kondisi pasar tenaga kerja. Terkait dengan isu scarring effect, Anantha Nageswaran selaku co-chair dari India menggarisbawahi bahwa, ”di antara berbagai dampak pandemi, yang paling memprihatinkan adalah scarring effect pada aspek pendidikan dan kualitas sumber daya manusia”.

Hasil pertemuan 2nd FWG akan menjadi salah satu bahan masukan dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ketiga (3rd FMCBG) yang akan diselenggarakan pada bulan Juli mendatang. Ke depan, FWG akan terus melakukan monitoring terhadap situasi perekonomian global serta berbagai risikonya. FWG juga akan mendorong diskusi dan sinergi antar negara anggota G20 untuk mengatasi berbagai tantangan untuk mewujudkan pemulihan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Menarik dibaca