Oleh : Ardhika Nurhandi dan Ferdinal (Civitas Academica Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Leslie Allan Murray atau juga dikenal juga sebagai bush-bardnya Australia, lahir dan besar di Bunyah, New South Wales.
Baca : Miles Franklin Award, Penghargaan Sastra Australia
Dia menempuh pendidikan sekolah dasarnya di SD Nabiac dan menempuh jenjang sekolah menengahnya di SMP daerah Taree. Murray memutuskan untuk menjadi penyair ketika dia berusia 18 tahun. Dimana ia sudah hobi mengamati capung di tepi sungai.
Murray melanjutkan pendidikannya di Fakultas Seni di Universitas Sydney pada tahun 1957. Selama studinya, Murray bertemu dengan beberapa penyair dan penulis lain. Diantaranya, Geoffrey Lehmann, Bob Ellis, Clive James, dan Lex Banning.
Baca : Pabrik Kelapa Sawit PT.PN VI di Pasbar Terbakar
Murray pergi menjelajahi Australia dengan cara menumpang dengan orang-orang. Ia lalu tinggal bersama keluarga Sydney Push di Milsons Point selama beberapa bulan, dimana Murray membaca Eclogues karya Virgil atas rekomendasi tuan rumahnya, Brian Jenkins.
Murray pernah membahas masa masa sulit pada masa perkuliahannya saat ia diwawancarai oleh Clive James, Murray berkata, “Saya terlalu bergantung pada masa kanak-kanak karena saya tidak memiliki banyak pengalaman saat remaja. Ibu saya meninggal dan ayah saya jatuh sakit, jadi saya harus merawatnya. Selepas saya lepas dari semua hal tersebut, saya tidak tahu bagaimana menjadi dewasa atau remaja.”
Baca : Pengunjung Luar Daerah Serbu Objek Wisata Dharmasraya
Murray kembali melanjutkan jenjang pendidikannya pada tahun 1960-an untuk menyelesaikan gelar BA-nya. Pada saat Murray melanjutkan pendidikannya tersebut, Murray bertemu dengan wanita keturunan Budapest yang bernama Valerie Morellie dan menikahinya. Lalu, pada tahun 1962, Murray pindah keyakinan ke Katolik Roma.
Peristiwa pindahnya Murray ke agama Katolik Roma dibuktikan dengan fakta dengan gagasan yang mengarah ke ajaran Katolik dalam karya sastranya.
Hal ini terbukti ketika Murray berkata di karyanya yang berjudul “Poetry and Religion”, “Agama secara keseluruhan adalah puisi besar dalam pengulangan cinta, bak halnya seperti puisi apa pun, agama tidak ada habisnya. Sekarang mengapa penyair masih melakukan itu?”
Halaman
<< ➊ ➋ ➌ >>