DHARMASRAYA, SpiritSumbar.com – Tradisi Setelah Hari Raya Idul Fitri, ziarah dan silaturahmi di Rumah Gadang kembali digelar di Nagari Sikabau, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Selama pandemi Covid 19, dua tahun lalu tradisi tersebut sempat tidak dilaksanakan oleh kaum suku adat yang di gelar pada hari Selasa (3/4/2022)
Tradisi ziarah dan Silaturahmi di Rumah Gadang ini yang dilaksanakan pada hari kedua lebaran menyambut Idul Fitri 1443 Hijriah.tetap bertahan walau pun tetap mematuhi Protokol Kesehatan.
Sementara itu Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Jamhur Dt Jati, mengatakan tradisi ziarah rumah gadang dilaksanakan pada enam suku adat di nagari itu. Seperti Suku Mandahilang, Malayu, Patapang Ateh, Patapang Bawuah, Tigo Nini, dan Suku Piliang.
Dalam tradisi yang tetap lestari itu setiap kaum bundo kanduang atau ibu-ibu membawa rantang untuk kemudian mengadakan makan bersama (makan bajamba) ,dan saling silaturami .Dan Ziarah rumah gadang juga dimanfaatkan sebagai momentum bertukar pikiran keluarga besar suku untuk kemajuan kaum, nagari dan Dharmasraya ke depan,
Tradisi ziarah dan Silaturahmi di Rumah Gadang ini yang dilaksanakan pada hari kedua lebaran menyambut Idul Fitri 1443 Hijriah.tetap bertahan walau pun tetap mematuhi Protokol Kesehatan.
kegiatan dilanjutkan dengan permainan panjat pinang yang memperbutkan berbagai hadiah yang telah di sediakan . seluruhnya larut dalam semangat kebersamaan dan persatuan dan juga para perantau berbagai daerah juga hadir dalam acara ini merasakan kembali momen berkumpul bersama, saling bermaaf-maafkan,
“Ziarah rumah gadang Ini merupakan rangkaian dari beberapa tradisi tahunan yang sudah ada sejak dulunya, seperti sebelum puasa halal bi halal ‘mambuka surau’ (mebuka surau atau mushala), takbiran ke rumah-rumah dunsanak (keluarga), dan ditutup kembali dengan halal-bihalal menutup surau,” tambah Dt Jati yang juga pucuk Pimpinan Suku Mandahiliang.
Sementara,itu di tempat yang sama Wali Nagari Sikabau, Abdul Razak berharap tradisi tersebut tetap bertahan di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat, dan jangan disiakan-disiakan karena hanya datang sekali dalam setahun.
Di samping itu, pihak pemerintah nagari ia juga berpesan kepada orang tua supaya mengingatkan anak-anaknya agar menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat dan tidak sesuai adat istiadat.
“Ingatkan anak-anak, cucu, dan keponakan kita akan pentingnya pengetahuan ilmu adat, ilmu agama dan budi pekerti, jangan sampai terjerumus pada kegiatan yang menyimpang,” jelasnya (***)