PADANG – Gempa bumi kuat dengan tipe. menghentak guncang Pasaman Barat dan Pasaman Jumat pagi 25 Februari 2022.
Hari ini pas satu bulan pasca gempa, Jurusan Teknik Unand dan Ketua teknik sipil menggelar Foccus Group Discussion (FGD) dengan tema Satu Bulan Pasca Gempa, Seberapa Tanggap Kita, Jumat 25 Maret 2022 di ruang pertemuan Jurusan Teknik Sipil Unand di Limau Manis.
Wakil Rektor (WR) 3 Unand Insannul Kamil menilai FGD temanya menantang sekali. “Harusnya tema ini bisa melahirkan sebuah rekomendasi yang mampu menggerakan langkah hebat untuk memulihkan derita korban gempa bumi di Pasaman Barat dan Pasaman,” ujar Insannul Kamil.
Faktanya kata Nanuk biasa WR3 Unand ini disapa banyak kalangan di pentas nasional, gempa terjadi sebulan lalu, masyarakat tak punya modal pengetahuan tentang kebencanaan akibatnya kewaspadaan tidak kuat.
“Teknik Sipil Unand harus ambil peran ini dalam hal penguatan kewaspadaan tadi dan total memulihkan dampak gempa di Pasaman Barat,” ujar Insannul Kamil pada FGD dipandu Ilhamsyah Mirman.
Kata Nanuk memulihkan dampak gempa sebetulnya tidak terlalu lama. “Itu karena kita punya semangat gotong royong dan kolaborasi. Unand siap berkontribusi, pada masa pascagempa kemarin kepedulian Unand total, mulai rekasi cepat tim medis, lalu ada Pusat Studi Bencana Unand dan menggerakan mahasiswa menjadi relawan termasuk trauma healing,” ujar Insannul Kamil.
Nanuk berharap jadikan edukasi masyarakat soal bencana peran Unand dan itu kata Insannul Kamil harus berkesinambungan jangan latah ketika bencana terjadi saja.
“Setahun lagi edukasinya berhenti, ini nggak tepat, edukasi kebencanaan itu harus berkesinbungan, Unand harus ambil bagian untuk pencerdasan masyarakat di ring of fire, menghadapi bencana dan kuat kewaspadaannya,”ujar Nanuk.
FGD Satu Bulan Pasca Gempa Pasaman Barat, Seberapa Tanggap. Kita? . Dibuka oleh Kalasa BPBD Sumbar Junedi mewakili Gubernur Sumbar dan Wabup Pasaman Barat Risnawanto lewat zoom meeting membuka dan memberikan sambutan pada FGD tersebut yang berlangsung secara Hybrid.
FGD dimoderatori Founder Ranah Rantau circle Ilhamsyah Mirman, menghadiri narasumber Kadis Perumahan, Pemukiman dan Pertnahan Rifda Suryani, Kadis SDA Fathol, Kordinator PRB Sumbar Hidayat, Adrian Tuswandi dari Jaringn Pemred Sumbar, warga terdampak M Syafiq dan Kalaksa BPBD Sumbar Junedi.
“Pertakimtan Sumbar terus terang saat tanggap darurat gempa tanpa pos dana. Inisatif spontan Pertakimtan Sumbar berkolaborasi dengan dinas terkait Pasbar untuk melakukan pendataan,” ujar Rifda.
Saat tanggap darurat dan transisi kondisi lapangan yang miris, meski bantuan logistik melimpah lewat gelombang aksi kemanusiaan, tapi soal papan (rumah) memiriskan siapa saja yang lewat di Kajai, Timbo Abu dan Malampah.
“Mereka korban gempa bumi butuh Huntara, soal sandang bisa diatasi lewat gelombang aksi kepedulian. Soal papan memang kendala, Huntara solusinya, kita memetakan butuh Rp 3,7 miliar untuk membangun Huntara. itu pun sudah diswadayakan material dan tenaga dengan korban gempa bumi,” ujar Rifda.
Termasuk sumbangan pemikiraan dari Pusat Studi Bencana Unand berangkat dari assement saat tanggap darurat bahwa konstruksi rumah di daerah patahan Talamau itu harus rumah ramah gempa,”ujar Rifda.
Huntara ini ternyata tak ada dianggaran pemerintah, cendrung pembangunan Huntara digalang lewat aksi kepedulian di masa pemulihan korban gempa bumi.
Kalaksa Junedi pada satu bulan pasca gempa digelar Fak Teknik Jurusan Teknik Sipil dan Katua Teknik Sipil Unand secara Hybrid. Junedi mengatakan 15 Maret BPBD dan stakeholder telah gelar rapat dan lahirkan beberapa poin rekomendasi.
Saat ini menunggu SK terkait penanganan lanjutan dari bencana. “Kita sudah minta pemeritah di dua kabupaten untuk bergerak cepat, jangan sampai dinas terkait penanganan pemulihan ini kalah dari relawan yang datang bergelompang saat tanggap darurat. Sayang apresiasi berjibakunya ratusan kelompok relawan di masa tanggap bencana, “ujar Junedi di FGD.
Adrian Tuswandi dari JPS mengatakan kemirisan kondisi tempat tinggal sebulan pasca gempa adalah fakta dampak gempa kuat Pasaman Barat. “Jalanlah sepanjang Kajai ke Simpang Empat pasti tak kuasa kita menahan haru melihat warga korban gempa masih tinggal di tenda,” ujar Adrian.
Jika tak ada anggaran pemerintah, Huntara hanya berharap dari donasi tentu feature news atas fakta nestapa warga korban gempa harus runnimg terus, jika tidak running tentu sulit menggugah kepedulian warga lain yang peduli nasib warga korban bencana,”ujar Adrian.(*)