Implementasi Secara Mandiri: Uji Nyali Ala Kurikulum Merdeka

oleh

Untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berdifferensiasi, guru perlu dibekali dengan pemahaman yang komprehensif, mulai dari konsep pembelajaran berdifferensiasi itu sendiri,

Simak : Jadilah Guru Sesungguhnya, Surga Menunggu

kemudian merancang pembelajaran, melaksanakan, sampai kepada asesmennya. Pembekalan terhadap guru dapat dilakukan melalui berbagai strategi dan kegiatan, seperti workshop, IHT, bimtek, pendampingan, pembimbingan, dan sebagainya. Pembimbingan dan pendampingan tidak terputus hanya ketika persiapan implementasi, tetapi juga selama implementasi berjalan, untuk melihat capaian atau progres dari implementasi.

Selanjutnya jika memilih opsi kedua yaitu Mandiri Berubah. Ini opsi yang konsekuensinya sedang. Kendatipun sedang, setidaknya ada 2 hal yang harus menjadi perhatian satuan pendidikan terutama guru, yaitu pemahaman yang kuat tentang konsep dan prinsip, serta harus menguasai karakteristik, struktur dan substansi dari kurikulum itu sendiri.

Misalnya karakteristik pembelajaran berbasis projek sebagai upaya mewujudkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dibutuhkan pemahaman yang komprehensi, mulai dari pemahaman konsep, perencanaan projek, pelaksanaan projek, dan asesmen terhadap projek. Begitu juga dengan penguasaan struktur kurikulum dan substansinya yang lebih terbuka dikembangkan oleh guru secara konstekstual dan fleksibel.

Simak : Ratusan Pelajar Pasbar Berlaga di Cerdas Qur’an Padantv

Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPS di SMP dan Sejarah di SMA sangat terbuka peluang untuk mengembangkan materi dalam bentuk sejarah lokal. Selama ini pe;luang tersebut sulit untuk didapatkan. Sekarang telah diperoleh, namun ada tantangan besar, belum kuatnya kompetensi guru dalam penguasaan materi sejarah lokal itu sendiri,

Juga belum tersedianya sumber belajar yang siap pakai untuk peserta didik. Mungkin di mata pelajaran lain juga terdapat berbagai tantangan. Maka satuan pendidikan dituntut untuk melakukan berbagai terobosan yang konstruktif, kreatif, dan inovatif.

Berikutnya pada opsi kedua juga terdapat tantangan berikutnya, yaitu pemahaman terhadap perangkat ajar. Walaupun hanya tinggal memanfaatkan, namun dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap perangkat ajar yang baru tersebut.

Simak : Mentawai Terapkan PJJ di Dua Kecamatan

Misalnya guru selama ini familiar dengan Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum sebelumnya, sekarang dikenalkan dengan Capaian Pembelajaran (CP) yang dikembangkan perfase, bukan pertingkat atau jenjang kelas.

Belum lagi mengenal Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang merupakan perencanaan pembelajaran. Kalau selama ini guru sangat paham dengan RPP, sekarang ATP yang konstruksinya merupakan RPP plus yang di dalamnya juga terhadapat bahan ajar dan asesmen.

Sebelumnya

Selanjutnya

 

 

    ➌ 

 

Menarik dibaca