BMKG Rekam 180 Lebih Gempa Susulan
Hal itu akan lebih baik dibandingkan berkumpul, berdesak-desakan dengan puluhan orang di tenda pengungsian. Bayi dan anak-anak bercampur dengan orang dewasa rentan terhadap penyebaran Covid-19.
“Bagi warga yang rumahnya kokoh dan tidak rusak, silakan kembali ke rumah. Jika belum berani atau masih trauma, bisa dirikan tenda di halaman rumah seraya bertahap mengatasi trauma. Dan, kami BMKG berkoordinasi dengan pemda agar juga dilakukan trauma healing,” imbaunya.
Hingga Selasa (1/3/2022) pagi, BMKG merekam telah terjadinya 180 lebih gempa susulan dari gempa utama pada Jumat (25/2/2022) lalu. Kekuatan gempa terus menurun atau melemah. Sebagian besar tidak dirasakan masyarakat karena magnitudo ya berada di bawah 2.
Dalam jumpa pers yang berlangsung di VVIP Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padangpariaman, Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono menambahkan bahwa episenter dan gempa susulan yang terekam oleh pihaknya berada di sekitar Gunung Talamau.
Gunung Talamau atau juga disebut Gunung Ophir adalah gunung tertinggi di Sumatera Barat yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman. Gunung ini memiliki ketinggian 2,920 meter dan termasuk dalam tipe gunung api tidak aktif.
“Di sebelah utaranya ada Segmen Angkola dari Sumatera Utara kemudian masuk sebagian ke Sumbar di sisi Utara yakni Pasaman, kemudian di bawahnya ada Segmen Sianok dimulai dari Sianok Bukittinggi hingga ke Danau Singkarak, Solok. Namun, panjang dua segmen tersebut tidak sampai ke Talamau,” ujar Rahmat.
Lebih lanjut disampaikannya bahwa untuk saat ini disebut Segmen Talamau. Pihaknya terus mendalami apakah itu patahan terusan dari Sianok atau segmen yang baru terbentuk dan selama ini tidak teridentifikasi.
“Yang jelas, di situ ada sumber gempa, mekanismenya sesar mendatar. Berdasarkan sebaran gempa susulannya berada di luar Segmen Angkola maupun Sianok. Angkola tidak sampai ke Talamau,” kata pejabat yang pernah menjadi Koordinator BMKG Sumbar, ini.(salih)