Pintu Terbuka Lebar untuk Perempuan Masuk Dunia Politik

oleh

SPIRITSUMBAR.com, Bukittinggi – Anggota  DPR RI asal Sumatera Barat II, Hj. Nevi Zuairina, mengatakan sudah saatnya para pemuda, terutama kaum perempuan semakin meningkatkan kapasitasnya dalam berorganisasi dan bersosialisasi.

Hal itu disampaikan pada seminar Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI), Ahad, 14 Nopember 2021.

Saat ini, ujarnya, masyarakat dan seluruh regulasinya sangat mendukung kaum perempuan masuk dalam dunia politik.

Namun demikian, Nevi mengutarakan, bahwa pria dan wanita dalam komunitas muslim bergelut dengan banyak isu gender. Mulai dari pekerjaan, pendidikan, peran perempuan di lingkungan  keluarga dan soal kepemimpinan.

Juga, otoritas agama mengkonstruksi kondisi-kondisi perempuan. Tentunya, ini bukan sekedar  soal hitam dan putih, atau tentang laki-laki berada di atas perempuan.

“Peran perempuan dalam suatu masyarakat dapat dilihat di  banyak tempat. Di sejumlah negara-negara Muslim, termasuk Indonesia,  penekanan pada penambahan akses pendidikan dan pekerjaan untuk perempuan  juga makin terbuka, ” ujarnya.

Kaum  perempuan juga banyak yang menjadi anggota dewan organisasi, mendirikan  yayasan, dan menjadi kandidat politik. Serta sudah tak terhitung betapa  banyaknya perempuan yang juga bergelut dengan hampir semua profesi. Seperti dokter, pendidik, polisi, politisi, relawan.

“Pada dan umumnya mereka  dapat bersekolah dengan bebas sampai jenjang universitas. Khusus untuk perhelatan pemilu, kaum perempuan telah diberikan porsi paling sedikit 30 persen untuk line up pencalegan pada setiap partai peserta pemilu”, tutur Nevi.

Politisi PKS ini menguraikan, di ranah politik dan  pemerintahan, sudah begitu banyak para perempuan yang menjadi menteri  dan kepala daerah, bahkan Presiden. Terkait peran perempuan di ranah  politik baru-baru ini, sebut saja misalnya Khofifah Indar Parawansa dan Chusnunia Chalim, yang telah terpilih menjadi gubernur Jawa Timur dan Wakil Gubernur Lampung.

Mereka adalah ikon dari aktivisme perempuan di ranah sosial dan politik yang berintegritas.

Nevi menambahkan, Banyak perempuan Indonesia menaruh harapan besar dari keterlibatan kaumnya di  ranah politik pemerintahan. Disamping ada semacam kepuasan tersendiri,  para perempuan ini juga tertarik untuk merubah hirarki sosial yang lebih  egaliter dan emansipatoris.

Tentu, keberadaan mereka yang menjadi  kandidat politik dan aktivis sosial, dipundaknya sudah tertumpu tugas  dan tanggungjawab yang besar bagi nasib perempuan yang lebih baik. “Selain  itu, kita bisa melihat, dalam beberapa dasawarsa terakhir, perempuan  membentuk organisasi mandiri, menerbitkan majalah sendiri, jurnal, dan menulis di media-media untuk membentuk penafsiran agama dan sosial  mengenai pendidikan, pekerjaan serta partisipasi politik, ” ujarnya.

Mereka  menulis, menerbitkan, dan berpartisipasi dalam banyak acara konferensi, baik nasional maupun internasional. Dengan jumlah aktivis yang makin bertambah, para perempuan terbukti menjadi pelopor efektif dalam proses jangka panjang Islam. Baik dalam konteks pemahaman kembali, pembaruan  dan prospek transformasi.

Menarik dibaca