Rancak di Labuah

oleh

Oleh: Saribulih

Dalam kehidupan, persaingan hidup makin berat . Kesempatan kerja terbatas sementara yang mencarinya semakin banyak.

Walau begitu ada juga yang mampu memaknai dengan bersungguh-sungguh dalam bersaing. Tapi, tak sedikit pula yang bermalas-malas. Namun toh hidup harus juga dijalani.

Yang agak mengherankan ada kecenderungan sebagian orang yang santai-santai saja. Tapi ingin juga terlihat hebat. Ingin juga berpenampilan gagah. Baginya jalan pintas akan mampu mengalahkan segalanya. Termasuk  untuk mendapatkan jabatan, menjilat pada atasan adalah hal yang lumrah dalam kehidupan. Terutama, dilakukan oleh mereka yang memang gila jabatan. Demi mengejar atau mempertahankan jabatan, dia rela menjilat atau bahkan bukan mustahil seperti hewan penjaga rumah. Caci maki oleh atasan diterima dengan tegar asal jabatan tetap mengakar.

Inilah yang dikatakan orang Minang dengan sindiran yang pandainya hanya melagak di tempat ramai, tapi modalnya kosong. Dia menganggap dirinya hebat, padahal diperoleh dari hasil menjilat. Kalaupun dia dapat jabatan, itu bukan karena kemampuan intelegensi, tetapi taklebih dari hasil caci maki yang ditahan selama ini dari atasannya. Dia tidak pernah berusahamelakukan terobosan, tapi tetap nekad untuk jual tampang kemana-mana dengan argumen hasil kerjanya. Orang seperti ini lah yang dijuluki rancak di labuah.

Menarik dibaca