Khatib Muda Penangkal Gerakan Radikal

oleh

Spirit Sumbar – Hampir semua hasil riset dan survei mutakhir tentang fenomena radikalisme agama menyebutkan ada angka yang cukup signifikan tentang kecenderungan anak muda untuk tertarik dan menjadi pendukung paham dan aksi radikal. Kemajuan teknologi informasi, dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mendukung penyebaran paham ini tanpa batas.
Img
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Kota Sawahlunto Zardinal Basyir, SE menyebutkan, meski di Sawahlunto belum ada terdeteksi gerakan-gerakan radikalisme semacam itu, namun Pemerintah tetap waspada dan melakukan upaya-upaya untuk menangkal penyebaran paham radikal.

Salah satu upaya menangkal radikalisme ini pihaknya tengah menggelar Pelatihan Khatib Masjid se-kota Sawahlunto, yang dipusatkan di aula kantor Camat Barangin. Pelatihan yang berlangsung pada selasa (23/2) ditujukan untuk menggembleng para khatib muda atau pemuda-pemuda yang berpotensi menjadi khatib dengan bekal ilmu keagamaan dan paham agama Islam yang benar.

Karena menurut Zardinal, radikalisme itu muncul karena adanya pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Islam adalah agama yang damai dan penuh keindahan. Islam mengajarkan umatnya agar terus menerus berbuat kebaikan kepada sesama manusia tanpa mempedulikan asal usul, status sosial, agama, jenis kelamin, dsb.

Dalam salah satu ayat Al-Qur’an,“Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu (pembantu).” (QS. An-Nisa [4]: 36).

Allah Swt telah mengajarkan di dalam Al-Qur’an, “Balaslah perbuatan buruk mereka dengan perbuatan yg baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 96).

Dicontohkan Rasulullah SAW dalam peristiwa Thaif, ketika Rasulullah SAW datang bersama para sahabat mencari perlindungan, beliau malah dilempari batu hingga berdarah. Dalam kondisi yang demikian, ternyata bukan kemarahan dan dendam yang ditunjukkan Rasulullah saw. Beliau malah mendoakan orang-orang yg melemparinya agar segera mendapat hidayah dari Allah SWT.

Padahal, para malaikat yg diutus oleh Allah SWT telah menawarkan kepada beliau untuk menghukum mereka. Ibaratnya kalau Rasulullah bilang “iya” saja kepada malaikat, maka orang-orang yang berbuat jahat kepada Rasulullah akan langsung dijadiin tempe mendoan semuanya alias benyek.

Tapi Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut, malah beliau berbuat kebaikan kepada orang-orang yg menzalimi tersebut dengan mendoakan mereka agar mendapat hidayah. Terbukti, sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam dan menjadi pembela Rasulullah paling depan di medan-medan perang.

Subhanallah.. Inilah kehebatan dari seorang Nabi Muhammad saw yang membalas kejahatan dengan penuh kebaikan, dan akhirnya justru malah kemenangan yang didapat, yaitu orang-orang yang tadinya kafir dan memusuhi, malah berbalik memeluk agama Islam karena akhlak terpuji yang ditunjukkan oleh Rasulullah.

Apa yang dilakukan Rasulullah saw membuat saya teringat dengan istilah yang sangat menarik, “you may lose the battle but you win the war”. Kata battle di sini diistilahkan sebagai perang kecil dan war adalah sebuah perang yang lebih besar. Inilah yang disebut mengalah untuk menang. Kita sering mengartikan bahwa yang namanya mengalah itu ya berarti kalah, padahal tidak demikian. Mengalah bukan berarti kalah, namun mengalah untuk merangkul dan selanjutnya untuk menang.

Dalam cerita di atas tadi, Nabi Muhammad saw boleh saja kalah dalam battle (pertempuran kecil), namun beliau menang mutlak dalam war (perang yang lebih besar). Kekalahan battle Rasulullah adalah beliau dimaki-maki, dilempari batu bahkan diludahi setiap harinya. Tapi Rasulullah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan, yaitu tugas utamanya berada di muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia dan menyiarkan syiar Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).

RNI

Lebih lengkap, baca:

The Public Edisi 13/29 Februari – 6 Maret 2016

(Terbit tiap Senin)

Cover Edisi 13 Thn III/28 Februari – 6 Maret 2016

Menarik dibaca