Pada tahun kedua, 2018, seiring pembangunan gedung baru, jumlah santri baru meningkat menjadi 33 orang. Pada tahun 2019 lalu, jumlah santri melonjak menjadi 108 orang. Kondisi ini, seriring dengan bertambahnya jumlah guru. Saat ini jumlah guru yang mengabdi di Ponpes sebanyak 21 orang.
“Sekarang, sebelum masuk tahun ajaran baru, sudah ada sekitar 50 santri baru yang mendaftar. Padahal, kami tidak pernah membuat brosur atau pengumuman. Para calon santri yang mendaftar, umumnya beralasan melihat perubahan dari para santri kami saat pulang kampung. Juga dari guru-guru disini, yang bekerja ikhlas, meski hanya menerima pemasukan yang ala kadarnya,” ujar Boby.
Artikel Lainnya
Dikatakannya, mendirikan pondok pesantren nirlaba, tentu saja memiliki konsekwensi yang besar, tantangannya adalah hidup miskin dan serba kekurangan. Dan itu memang terjadi, keluaga mualaf ini sempat ketar ketir dalam memenuhi beaya operasional pesantren. Karena uang pensiun ditambah dengan hasil membuka warung di Lapas Kelas II B Laing dan uang yang dipungut dari santri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal santri.
Ini terjadi karena pemasukan dari santri sebesar Rp 300 ribu perbulan untuk beaya makan mengalami kemacetan, karena lebih dari 90 persen santri tidak sanggup membayar. Macetnya pemasukan dari santri ini wajar saja terjadi, karena santri rata rata berasal dari keluarga tak berada. Mereka berasal dari keluarga miskin, anak yatim dan anak dari keluarga broken home.
Beberapa waktu lalu, tersiar kabar bahwa para santri Ponpes Darut Thalib makan dengan lauk seadanya, para santri makan hanya dengan kerupuk, sayur dan cabai, bahkan pada hari hari tertentu para santri berpuasa. Puasa sunah yang bukan murni untuk ibadah, melainkan lebih dikarenakan tak ada lagi yang bisa dimakan.
Hal ini dibenarkan Boby Gustiadi. Menurutnya sebenarnya ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh. Yakni mencari pemasukan dana tambahan, atau mengurangi jumlah santri. Namun, Boby mengaku sangat tidak tega memulangkan sejumlah santri.
Pimpinan Pospes, Boby Gustiadi, dan sejumlah majelis guru lebih memilih mencari berbagai upaya untuk mencari dana operasional ketimbang memulangkan santri.
Berikutnya >>>
Halaman
[ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ]
Simak Video : Gubernur Sumbar Bicara Ekonomi ke Depan