SpiritSumbar.com, Padang Panjang – Bertahun-tahun rugi Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar pertahun, PDAM Kota Padang Panjang di 2019 mulai ada laba sekitar Rp 100 juta. Dana penghapusan mencapai Rp 2,3 miliar. Perkembangan lain, jumlah pelanggan juga bertambah, layanan air mencapai rata-rata 23,17 jam.
Itulah perkembangan menarik dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kota Padang Panjang dengan Badan Pengawas, Sekda Kota Padang Panjang, Sony Budaya Putra, seperti diungkap oleh Direktur PDAM Padangpanjang, Jevie Eka Putra kepada The Public (grup Spirit Sumbar), Januari 2020 ini.
Jev, sapaan Jevie Eka Putra, jebolan S1 dan S2 ilmu pertambangan pada ITB Bandung itu, mulai dipercaya me-manage PDAM Padang Panjang lewat pertengahan 2017. Pada tahun itu neraca akhir menunjukan perusahaan ini rugi Rp 1,029 miliar. Terus pada 2018 kerugian berhasil ditekan jadi Rp 522,36 juta.
Pada 2019 sejalan arahan Walikota Padang Panjang, Fadly Amran yang berlatar pengusaha muda itu, kerugian sudah nihil. Bahkan, mulai ada laba sedikit. Berapa jumlah perssinya, belum bisa dirinci, karena laporan buku tahun 2019
sedang diperiksa oleh akuntan. Perkiraan sementara laba sekitar Rp 100 juta. Upaya yang dilakukan di balik hasil tadi menurut Jev, terutama sejalan arahan Walikota Fadly Amran, perusahaan lebih berhemat dan efisien dalam belanja. Dengan cara itu usaha akan bisa bertahan, meski tanpa kenaikan tarif. Itu terbukti, PDAM ini mulai bisa untung sedikit pada 2019. Dan dana penghapusan juga cukup besar.
Baca : Kejar Untung Rp 4 M, PDAM Padang Panjang Berinovasi
Upaya lain, menjaga/meningkatkan jumlah produksi air dan kualitas air, mengurangi kehilangan air dari pipa, meningkatkan jumlah pelanggan dan optimalisasi penagihan biaya langganan air. Bagi pelanggan yang menunggak pembayaran rekening air, sanksi diberikan mulai dari denda hingga pemutusan aliran air PDAM.
Terkait upaya produksi air, PDAM mengelola 5 sumber mata air. Tiga sumber disuling (dialirkan) lewat gravitasi, pertama Kandang Ditabek produksi maksimal 28 l/dt. Kedua, Tungku Sadah,produksi maksimal 30 l/dt. Ketiga, Sawahliek produksi maksimal 8 l/dt.
Sedang 2 sumber lagi yakni Lubuk Mato Kuciang (LMK) dan Sungai Andok disuling pakai pompa. Mata air LMK – yang menurut data Bappeda 2005 punya debet air sekitar 250 l/dt itu – disuling pakai pompa 100 l/dt, gravitasi sekitar 16 l/dt. Untuk sumber di Sungai Andok produksi maksimal 18 l/dt
Halaman [ 1 ] dari 3
Dari kelima sumber mata air itu, sumber LMK, Kandang Ditabek dan Sungai Andok kualitas airnya sangat bagus. Sedang Tungku Sadah dan Sawahliek kualitas airnya terkadang turun; airnya keruh di saat atau usai hujan lebat. Solusinya, pertama, saat keruh airnya tidak disuplai. Kedua, bak reservoarnya dibersihkan.
Artikel Lainnya
Upaya tambahan menunjang kualitas air, Jev menyebut PDAM memberi sedikit kaporit/gas klor. Itu sebabnya, kenapa air PDAM Padang Panjang yang sampai ke para pelanggan nyaris tanpa aroma kaporit/gas klor. Tapi itu bukan berarti air PDAM yang sampai ke pelanggan siap diminum.
Ada memang layanan air siap minum yang disuguhkan oleh PDAM Padang Panjang untuk public sejak 2018. Tapi itu hanya ada di beberapa tempat tertentu. Salah satu adanya keran khusus di samping kanan halaman Gedung Kantor PDAM, pertigaan jalan raya Padang-Bukittinggi/Solok pusat kota ini.
Sedang untuk mengurangi kehilangan air pada jaringan pipa PDAM, dalam dua tahun ini juga turun 1,48 persen yakni dari 34,48 persen pada 2017 ke 33.00 persen (2019). Meski belum sampai ke posisi 20 persen, seperti disyaratkan oleh pemerintah pusat. Tapi itu selain ikut membantu peningkatan layanan air secara kuantitas, juga kualitas.
Karena, dengan berkurangnya pipa yang bocor, juga akan mengurangi potensi air tanah masuk ke pipa PDAM. Sebab, air tanah bisa masuk ke pipa yang bocor, bila tekanan air di dalam pipa berkurang/lemah. Yang dikhawatirkan, jika air tanah yang masuk ke dalam pipa itu tercemar bakteri, seperti bakteri ecoli.
Sementara dari segi jumlah pelanggan, juga terjadi peningkatan dari 7.934 SR (sambungan rumah) pada 2018 ke 8.715 SR pada 2019. Dari 8.715 SR pelanggan tadi, sekitar 86 persen di antaranya adalah dari kelompok rumah tangga. Sisanya, dari kelompok niaga 11 persen, instansi pemerintah 2 persen dan sosial 1 persen.
Halaman [ 2 ] dari 3
Makanya, tidak heran juga bila persentase pendapatan langganan air minum PDAM Padang Panjang juga sangat dominan dari kelompok rumah tangga. Bahkan, dari Rp 9,5 miliar lebih pendapatan bruto PDAM Padang Panjang pada 2019, kontribusi pelanggan air rumah tangga mencapai 88 persen.
Dari sekitar Rp 9,5 miliar pendapatan bruto usaha PDAM Padang Panjang pada 2019 itu, pengeluaran terbesar adalah untuk biaya pegawai sekitar Rp 4,5 miliar. Untuk diketahui, PDAM Padang Panjang kini memiliki 31 orang karyawan perusahaan dan karyawan kontrak/harian 18 orang, total 46 orang.
Biaya terbesar kedua untuk dana penyusutan asset tetap sekitar Rp 2,3 miliar. Ketiga, beban biaya listrik Rp 1,7 miliar. Bagaimana dengan peluang kenaikan pendapatan dan laba PDAM Padang Panjang ke depan? Tanggapan Jev, peluangnya cukup besar. Bahkan, peluang laba bisa sampai Rp 4 miliar (lihat tulisan terkait).(yet/adv).
Halaman [ 3 ] dari 3
Simak Video : Ekspresi Guru Honor Dapat Hadiah Motor