Mahyeldi Antara Ekor Gajah atau Kepala Semut

oleh

Oleh: Isa Kurniawan (Koordinator Komunitas Pemerhati Sumbar/Kapas)
Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah merupakan satu dari sekian calon gubernur atau wakil gubernur yang sering disebut-sebut menjelang Pilkada Sumbar 2020 mendatang.

Kepemimpinannya telah dimulai dari legislator di tingkat Sumbar dengan jabatan, Wakil Ketua DPRD Sumbar. Selanjutnya, Wakil Walikota Padang dan sekarang untuk periode keduanya sebagai Walikota Padang.

Dengan pengalaman itu, peluang Mahyeldi sebenarnya terbuka lebar. Tapi yang namanya politik tentunya punya banyak kemungkinan. Di dalam internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), partainya Mahyeldi, terdapat beberapa kader lain yang layak juga untuk maju, seperti Anggota DPR RI Refrizal dan Walikota Payakumbuh Riza Pahlevi.


Bagi Refrizal, yang gagal duduk kembali menjadi Anggota DPR RI, memiliki ada 2 pilihan posisi politik baginya ke depan. Pertama maju di Pilkada Padang Pariaman 2020 sebagai calon bupati. Opsi kedua, sebagai calon wakil gubernur di Pilkada Sumbar 2020. Bisa berpasangan dengan Nasrul Abit (Gerindra) atau dengan Epyardi Asda (PAN).

Kalau Refrizal maju di Pilkada Padang Pariaman 2020 berarti tekanan bagi Mahyeldi di internal PKS menjadi berkurang, tinggal Riza Pahlevi. Tetapi Riza Pahlevi pun tidak bisa dianggap enteng walau hanya memimpin kota yang berpenduduk di bawah 100 ribu orang. Isme Gonjong Limo (Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh), atau Luhak Nan Bungsu, akan terbawa emosinya oleh Riza.

loading…


Kekuatan lainnya, Riza telah memiliki pengalaman elektoral untuk daerah pemilihan yang mencakup Sumbar secara keseluruhan. Dimana ia sukses menjadi salah satu dari 4 orang Anggota DPD RI utusan Sumbar –sebelum terpilih menjadi Walikota Payakumbuh. Jadi maju di Pilkada Sumbar 2020 bagi Riza tinggal menikam jejak.

Kembali ke Mahyeldi, pengalaman 3 kali ikut Pilkada Padang, dengan meraih kemenangan ketiga-tiganya, merupakan modal besar bagi Mahyeldi karena menang di ibukota provinsi dengan penduduk yang hampir 1 juta orang. Kemudian menjadi Ketua Umum DPP IKA Fakultas Pertanian Unand, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumbar, dan lainnya, merupakan bukti eksistensi Mahyeldi di Sumbar.

Di posisi calon wakil gubernur, Mahyeldi berpeluang berpasangan dengan Nasrul Abit (Gerindra) dan Epyardi Asda (PAN), karena “chemistry” koalisinya ada.

Maju sebagai calon gubernur, pilihan Mahyeldi tidak banyak, berpeluang berpasangan dengan Ali Mukhni atau Shadiq Pasadique, dari PAN. Tapi koalisi antara PKS dengan PAN, faktor Epyardi Asda untuk menjadi calon gubernur yang diusung PAN tentunya tidak bisa dinafikan.

Itulah yang menjadi persoalannya. Menjadi calon wakil gubernur rasanya tidak banyak halangan bagi Mahyeldi. Tinggal fatsun politik di pusat dijalankan, dimana koalisi Gerindra dan PKS, atau PAN dan PKS.

Walaupun masih berhadapan dengan Refrizal dan Riza Pahlevi, tapi peluang Mahyeldi cukup besar. Di posisi calon gubernur, untuk mendudukkannya diyakini akan membutuhkan energi politik yang cukup besar.

Mencermati dinamika politik tadi, tentunya terpulang ke Mahyeldi. Apakah ingin menjadi “ekor gajah” dengan maju sebagai calon wakil gubernur. Atau menjadi “kepala semut” dimana tetap menjadi Walikota Padang?

Yang namanya wakil, seperti cerita yang sudah-sudah tentunya kewenangan terbatas. Tetapi dengan tetap menjadi Walikota Padang yang memiliki kewenangan penuh memimpin ibukota provinsi, tentunya tidak mengurangi marwah kepemimpinan Mahyeldi di mata masyarakat Sumbar.

Politik itu tidak terlepas dari momentum, dan momentum Mahyeldi maju ke tingkat Sumbar itu, dalam pandangan subjektif saya bukan sekarang, tapi di Pilkada Sumbar 2024. Baru kemaren rasanya Mahyeldi berkampanye, beberapa bulan ke depan berkampanye lagi.

Belum cukup setahun dilantik, sudah harus mundur pula. Memang tidak ada aturan yang dilanggar. Dan harus menjadi catatan pula, masa jabatan kepala daerah hasil pilkada serentak 2020 itu hanya sampai 2024.


Dalam artian, biarkan Mahyeldi menyelesaikan tugasnya membangun Kota Padang sampai periode keduanya habis di 2024. Setelah itu barulah Mahyeldi memantapkan langkah menjadi calon gubernur di Pilkada Sumbar 2024 berpasangan dengan Genius Umar (Walikota Pariaman).

Rasanya kalau keduanya berpasangan nanti, peluangnya amat sangat besar. Di-ibaratkan buah, saat itu mereka berdua merupakan buah yang masak di batang, bukan dikarbit.

Video

Menarik dibaca