Generasi minangkabau tidak hanya terbiasa bernalar dengan pepatah petitihnya, secara bathiniah (intuisi) juga terlatih, “kato malereang, kato mandaki, kato mandata, kata manurun “ merupakan pola komunikasi yang sangat arif dan bijaksana.
“Lahia manunjuakan nan bathin, tau rantiang ka manyangkuik, batang kamaimpok, maminteh sabalun anyuik, ingek sabalun kanai ) merupakan bacaan bermakna tingggi. “Angguak alum tantu iyo, geleang alun tantu indak” Berfilsafat, dan berdilektika sesuatu yang sangat dekat dengan diri anak minang.
Seandainya sekarang kita abai, tidak segera membenahi persoalan cara berpikir ini, maka mimpi Indonesia emas yang acap didengungkan, sepertinya akan semakin jauh panggang dari api. Konsekuensi logis akibat Kelalaian hari ini adalah Kenyataan pahit yang akan di tanggung generasi penerus. Gaung Indonesia emas 2045 yang sering di dengar akan menjadi hoaks dimasa datang jika mimpi itu tidak terwujud.
Berhentilah mengutuk kegelapan, mulailah menyalakan lilin agar tak terpuruk dalam gelap. Menyalakan api optimisme adalah tugas generasi hari ini. Menjadi Indonesia emas 2045 seperti yang dicita-citakan memang bukan pekerjaan mudah.
Tonton Video :
Dibutuhkan dukungan dari seluruh elemen negeri. Sangat tergantung apa upaya yang dilakukan sekarang untuk masa depan lebih baik, terutama dalam pembenahan cara berpikir, membangun jalan pikiran dengan pembiasaan (HOTS) berpikir tingkat tinggi merupakan satu cara memperbaiki jalan pikiran menuju akal sehat.
Dalam perspektif minangkabau, berpikir tingkat tinggi (Hots) bukanlah barang baru, tapi sudah dimulai sejak lama. Hal ini dapat ditelusuri dalam karya, buku-buku generasi emas gelombang pertama. Pepatah petitih Minangkabau yang terekspresikan dalam kiasan yang menggambarkan berpikir tingkat tinggi hendaklah menjadi pakaian yang harus lekat di badan generasi sekarang.
Agar lebih dihidup-hidupkan lagi ! Sederhananya berpikir tingkat tinggi bagi generasi minangkabau sama dengan mengulang-ulang kaji. Selamat mengaji, semoga naik kelas.
Halaman