Harta, jiwa dan nyawa, mereka pertaruhkan demi menggapai cita-cita bangsa. Merdeka atau Mati! Begitulah slogan mereka. Ya, mereka para pahlawan yang berjuang hidup dan mati dengan menggapai kemerdekaan yang diidam-idamkan.
Tahun ini, sudah 73 tahun cita-cita para pahlawan tersebut berlalu. Suatu cita-cita yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dan Muhammad Hatta, di Peganggsaan Timur, No. 56, Cikini, Menteng (sekarang Jl. Proklamasi) Jakarta. Di rumah milik Faradj bin Said bin Awadh Martak atau Faradj Martak yang dihibahkannya kepada Soekarno. Faradj Martak adalah seorang saudagar Arab-Indonesia, kelahiran Hendramaut, Yaman.
Semua berjuang dan berkorban demi menggapai cita-cita bangsa. Tidak peduli Indonesia asli ataupun turunan. Mereka saling bahu membahu dan seayun selangkah, bak kata pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Maka tugas generasi sekaranglah untuk mengisi kemerdekaan dengan menggali potensi diri untuk diimplementasikan dalam pembangunan. Begitu juga dalam memperingati HUT RI, semua mesti bahu membahu sesuai dengan kemampuan diri. Tentu saja dengan mengurangi hal yang tidak perlu dan mengaktualisasikan hal yang bermanfaat.
Buat apa memperingati HUT RI, kalau hanya bersifat hura-hura tanpa ada manfaat yang bermakna. Apalagi, kalau kegiatan hura – hura tesebut malah mengemis dan minta-minta. Tragisnya, itupun dilakukan dengan cara berjamaah dengan mengganggu kepentingan orang banyak di jalan raya. Jangan nodai cita-cita pejuang bangsa dengan perbuatan yang bertentangan dengan agama. Selamat HUT RI ke-73. Semoga Indonesia Semakin Jaya!