SpiritSumbar.com, Padang Panjang – Muncul sejak 1981, kini usaha sapi perah di Kota Padangpanjang menghasilkan susu 1.300 – 1.600 liter/hari, terbesar di luar Jawa. Tidak heran, perjanjian kerjasama Pemerintah RI – New Zealand th 2016-2026, Padang Panjang, Sumatera Barat, satu dari dua daerah di tanah air jadi pusat pengembangan sapi perah.
Tapi persoalannya seperti kerap muncul dalam diskusi terkait di Padang Panjang belakangan, upaya pengembangan usaha sapi perah, begitu juga usaha lain yang butuh lahan, terkendala sisa lahan yang kian terbatas. Data di PPDA (Padang Panjang Dalam Angka 2015) tercatat sisa sawah 630 Ha, ladang 25 Ha, lahan tidur 139 Ha, tegal 264 Ha.
Di Perda RTRW No.2/2013, lahan usaha sapi perah itu sesuai pemanfaatannya hanya sekitar 3,5 Ha dengan lokasi terpencar. Dan itu pada umumnya lahan sewaan, sedikit sekali yang milik sipelaku usaha sapi perah tadi. Makanya, tidak jarang terjadi usaha itu terhenti di perjalanan, lantaran lahan diperlukan pemilik untuk keperluan lain.
Karena itu dari beberapa diskusi terkait tadi, muncul usulan; sebaiknya Pemko Padang Panjang berupaya menyediakan lahan khusus minimal 4 Ha sebagai lahan sapi perah inti yang “abadi” (berkelanjutan). Caranya, misalnya dengan membeli sebagian tanah milik warga, atau jika dimungkinkan dengan memakai sebagian tanah erfah.
Jika di lahan 4 Ha itu dipakai 2,5 Ha untuk kandang, 1,5 Ha fasilitas penunjang, akan bisa menampung sapi perah sekitar 4.571 ekor pada kandangnya. Itu dengan asumsi ukuran perpetak kandang 1,75 x 2,50 meter untuk 1 ekor sapi, lebih besar dari biasanya hanya 1,5 x 2 meter, dan penyediaan jalan di bagian tengah kandang selebar 1,5 meter.
Sedang 1,5 Ha untuk fasilitas penunjang tadi digunakan untuk padang rumput arena bermain sapi secara bergiliran, 1 unit bangunan kantor 3 lantai untuk pengelola, rumah penjaga dan klinik hewan. Berikut, area pengolahan kotoran sapi jadi biogas, pupuk padat (untuk pertanian) dan pupuk cair (pakan ikan) serta kolam ikan/taman.
Kalau memakai sapi dari New Zealand yang biasanya menghasilkan susu 25–35 liter/hari, total produksi untuk 4.571 ekor tadi bisa 68.565 – 95.991 liter/hari. Itu dengan aumsi sapi yang berproduksi sekitar 60 % perhari. Tapi jika kandang sapinya dibangun permanen dua lantai, sapi tertampung bisa 9.142 ekor, produksi susunya 137.130 – 191.982 liter/hari.
Wacana kandang sapi perah permanen bertingkat muncul di Padangpanjang sejak 2016, masa Kadistan Candra (kini Kadistan Sumbar). Candra dapat menerima wacana ini, pertama sebagai solusi minimnya lahan. Kedua, kandang tadi diberi lift kerankeng dengan listrik biogas dari kotoran sapi untuk menaik-turunkan sapi. Sedang rumputnya dibeli ke petani, sehingga akan muncul pula usaha-usaha penyedia rumput, nantinya.(yetti harni)