Membudayakan Kemenangan Sederhana Penuh Makna

oleh

Oleh. Riyon.
Bulan suci Ramadhan bulan yang penuh berkah, bulan penuh pengampunan. Selama 30 hari umat Islam menjalankan kewajiban perintah Allah berpuasa.

Tibalah merayakan hari kemenangan “IdulFitri”. Dalam tradisi menyambut Hari Raya Idul Fitri sesuai ajaran dari Nabi Muhamad SAW junjungan kita, tak perlu bermewah-mewah. Sambutlah dengan kearifan dan rasa syukur, sebagai umat Islam masih diberikan nikmatnya merasakan hari kemenangan.

Mari kita rentang sejenak, sebagai umat Islam yang soleh dan solehah, kesederhanaan adalah bagian cermin  tawakal kepada Allah. Rayakan dihari kemenangan ini sesuai batas kemampuan. Sebagai contoh dan bukan rahasia umum lagi persiapan menyambut lebaran, harus memaksakan kehendak tak sesuai dengan sikon kemampuannya mengadakan berbagai macam dan ragam kue. Bila perlu diutang-utangkan dulu uang persiapan untuk menyambut lebaran tersebut.

Lepas lebaran ngos-ngosan untuk bayar utang kesana-kemari. Kebiasaan seperti ini memang masih ada, merubahnya tidak bisa secara frontal dengan kurun waktu yang sangat lama. Kuncinya adalah ketika kesadaran sudah merasuk di hati sanubari, mungkin baru bisa sedikit berubah. Masalah pakaian sudah menjadi kebiasaan baju baru pokoknya serba baru. Malah ada yang lebih konyol karena istrinya sudah kurang menarik penampilannya lalu istri baru pula. Inilah yang tidak diridhoi oleh Allah.

Tujuan menyambut hari kemenangan di akhir bulan Ramadhan, memperkokoh jembatan hati meningkatkan silaturahmi. Tidak ada artinya dimata Allah merayakan hari kemenangan ini tanpa melengkapi dan memenuhi kewajiban mengeluarkan zakat fitrah kepada Ashnafust Tsamaniyah, terutama sekali kaum duafa/fakir miskin.

Berikanlah sebagian rejeki yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka-mereka. Sehingga merasa terbantu dan berbagi kebahagiaan menikmati hari yang penuh kemenangan. Bagi pemberi zakat adalah  merupakan bagian pondasi membangun keberkahan Allah. Jangan kikir-kikir untuk beramal sholeh jariah, Insya Allah rejeki akan diberikan olehNya berlebih.

Nabi Muhamad SAW pernah bersabda, Rayakan di hari kemenangan yang penuh fitri dengan kesederhanaan,. Sebagai muslim harus menggiatkan amar makruf nahi mungkar. Di hari lebaran bukan memakai pakaian yang baru, bukan persiapan hidangan bermacam kue yang dihidangkan bagi para tamu, tetapi dari amal ibadah kita selama 1 bulan menjalankan ibadah puasa, inilah yang diprioritaskan. Menyambut hari lebaran tidak wajib harus baju baru. Sesuai batas kemampuan, kalau ada ya syukur kalau tidak ada ya kita syukuri, yang penting bersih.

Marilah kita evaluasi diri kita di bulan kemenangan penuh kefitrian, kekurangan kita perbaiki, kalau ibadah kita masih banyak yang bolong-bolong kita rajut kita sulam dengan benang ketaqwaan  menjalankan perintah.

Dengan demikian Allah tak akan segan-segan memberikan rahmat dan karuniaNya serta kelimpahan rejeki. Karena segala sesuatunya di dunia ini dari yang tidak ada menjadi ada, hanya Allah yang punya kuasa.

Di sinilah yang namanya penerapan kearifan tersebut,kita harus menyukuri apa yang ada. Selamat hari Raya idul Fitri 1438 H/2017 Minal aidin walfaizin  Mohon Maaf Lahir dan Batin. (*)

Editor : Saribulih

Menarik dibaca