Oleh : Feri Fren (Widyaiswara LPMP Sumbar)
Tujuan orang tua memasukkan anaknya ke sebuah sekolah adalah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, membentuk disiplin diri yang tangguh agar memiliki pribadi yang unggul. Pada akhirnya bisa hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi rahmat bagi alam di lingkungan dia berada.
Dengan adanya beberapa kasus yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa sekolah yang memiriskan hati, ada peserta didik yang menunjukkan aksi brutal berupa tindak kekerasan dan pengeroyokan terhadap sesama temannya. Hal ini membuat nyali orang tua ciut untuk menyekolahkan anaknya, dan mencemaskan keberadaan anak-anaknya ketikamereka berada di sekolah.
Kecemasan orang tua peserta didik tersebut misalnya, apakah anak saya sekarang sedang berkelahi, dianiaya, diancam, di kompas, di keroyok, dipukuli oleh temannya dan berbagai macam kekhawatiran lain yang ada dalam benak orang tua. Semuanya itu akan menghantui fikiran mereka, memberikan dampak buruk terhadap ketidaknyamanan orang tua peserta didik sewaktu mereka bekerja mencari nafkah keluarga dan mencari biaya sekolah untuk anaknya.
Kegalauan orang tua terhadap anaknya ibarat sebuah istilah masyarakat di Minangkabau yang mengatakan “Sarupo maninggaan nasi di ateh munggu” bagi seseorang yang sedang bekerja di sawah. Jangan-jangan sewaktu kita bekerja di sawah, nasi yang ditinggalkan di atas munggu di hinggapi oleh semut dan tidak bisa dimakan lagi. Konsentrasi didalam bekerjapun menjadi hilang dibuatnya, karena selalu memikirkan keselamatan anaknya.