Guru Halimah kaget dan terpana, dia heran dan bercampur bangga. Memang seperti itukah dia?
Tiba-tiba Ema memecah suasana dengan bercerita begini kepada Guru Halimah. “Bu, Bang Arman ada bercerita beberapa kali tentang Ibu kepada saya. Termasuk mata pelajaran yang Ibu ajarkan adalah salah satu yang disenangi Bang Arman. Kata Bang Arman, Ibu sangat beda.
Hal itu terlihat dari kertas ulangan yang Ibu periksa. Tiap jawaban dikoreksi dengan pena merah. Kalau salah ada perbaikannya. Tiap jawaban ada standar nilai. Kertas ujian diparaf dan pakai tanggal.” Sampai disitu Guru Halimah menghela nafasnya dalam-dalam.
Kemudian Arman menambahkan cerita Ema isterinya: ”Bu…saat Saya melanjutkan ke-SMA di Jakarta, suatu kali dua orang guru memanggil Saya ke kantor. Saya cemas sekali. Apa kesalahan yang Saya lakukan. Ternyata… kedua orang guru itu menanyakan siapa guru Bahasa Indonesia saya sebelumnya. Bu . . .tahu Ibu….saya menyebut nama Ibu”.
Artikel Lainnya
Tiba-tiba Arman berhenti. Air matanya menggenang. Dengan suara serak Arman melanjutkan kata-katanya. “Sampai-sampai semua kertas ulangan dan buku catatan waktu belajar dengan Ibu dipinjam guru tersebut”. Sampai di situ Guru Halimah tidak menyadari air matanya berjatuhan di pipinya.